Finding The Truth

Kajian Al-Hikam: Ahwal menentukan amal (1)


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على خاتم النبيين، محمد صلى الله عليه وسلم وعلى آله وصحبه أجمعين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، وبعد:

Imam Atha`illah as-Sakandary (1309 M) berkata:

Hikam ke-9
تنوعت أجناس الأعمال، لتنوع واردات الأحوال
“Bermacam-macamnya variabel suatu amal disebabkan karena bermacam-macamnya ahwal yang datang”

ARTI KOSAKATA
تنوعت : bermacam-macam
أجناس : Variabel
الأعمال : amal-amal/ ibadah
واردات : sesuatu yang sampai/ datang
الأحوال : keadaan-keadaan/ kondisi

PENJELASAN 1
Jenis (ajnas, plural) adalah variabel atau jenis. Yang dimaksud jenis disini adalah bentuk-bentuk dari sesuatu. Maka jika jenis amal, artinya variabel atau jenis amal ibadah (amal ibadah disini yang dimaksud adalah selain yang Rukun Islam). Semisal, puasa sunah, istighfar, sedekah, menolong dalam bidang sosial, menjadi tenaga medis, menjadi mekanik, menjadi tenaga pendidik, menjadi ibu rumah tangga, dll.

Hal (ahwal, plural) adalah kondisi atau keadaan yang tidak tetap (bisa pergi) pada diri manusia. Semisal: cinta, benci, sayang, dermawan, keras, lembut, dll yang menempel pada seorang insan, manusia.
Maka bisa jadi seorang insan pada suatu waktu dia cinta, akan tetapi tak lama kemudian dia benci. Baik cinta maupun benci merupakan contoh dari ahwal.

Variabel ibadah setiap insan itu tergantung kondisi, posisi dan status yang dia sandang. Syeikh Said Ramdhan al-Buthy kemudian membahas hal (ahwal, plural) terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Kondisi jiwa (ahwal nafsiyah)

Hal nafsiyah atau kondisi jiwa adalah kondisi perasaan yang terdapat dalam hati atau jiwa seorang hamba. Maka, hal nafsiyah ini tidak masuk pada wilayah ikhtiyar seorang hamba.

Maka bentuk atau jenis ibadah seorang hamba akan dipengaruhi oleh keadaan jiwanya. Ada seorang hamba yang selalu berinteraksi dengan sifat Allah yang Maha Indah, sehingga ahwalnya cenderung Jamaly, maka dia kemudian lebih dominan memliki jalan ibadah yang indah pula, penuh kasih sayang, dan lembut. Ada pula yang sering berinteraksi dengan sifat Allah yang Maha Perkasa, Agung, Adil, maka hamba ini akan dominan memiliki ahwal yang keras, tegas.

Semisal: Syeikh Sirri as-Siqti, beliau selama lebih dari 30 tahun selalu ibadahnya dominan dengan istighfar. beliau memliki toko di pasar. Suatu ketika, ketika beliau sedang sholat, salah seorang sahabatnya memberi kabar jika seluruh pasar terbakar kecuali toko miliknya (Syeikh Sirri). Syeikh Sirri mendengar berita ini secara spontan melafalkan “alhamdulillah” sebagai rasa syukur karena tokonya tidak ikut terbakar. Namun setelah itu beliau tersadar, kondisi jiwanya kemudian berkecamuk. Dalam hati beliau berkata: kenapa saya bersyukur di atas kesedihan orang lain (yang tokonya pada terbakar). Mulai dari situ beliau kemudian beristighfar terus hingga 30 tahun.

Syeikh Ma’ruf al-Kurkhy suatu hari sedang berpuasa.  ketika melewati tempat jamuan minum di suatu daerah, beliau mendengar ada orang yang berkata “Semoga Allah menyayangi orang yang minum dariku”. Syeikh Kurkhy seketika langsung membatalkan puasa sunahnya dan langsung minum kepada orang tersebut.

Syeikh Fudhail bin Iyadh tidak membaca doa ketika di padang Arafah ketika sedang wukuf. Sedangkan jamaah lainnya sedang sibuk membaca do’a karena diyakini do’a disana sangat mustajab. Namun berbeda dengan Syeikh Iyadh, ketika itu fikiran beliau tertarik mundur. Sehingga beliau teringat waktu dulu, ketika beliau masih berlumur dosa. Keadaan ini menyebabkan beliau malu untuk berdoa saat di padang Arafah.

Dari tiga contoh ini, ada tiga keadaan jiwa yang berbeda-beda. Pertama, merasa dirinya berbahagia di atas kebahagiaan orang lain sehingga menimbulkan jenis amal ibadah yang bisa melebur hal tersebut, yaitu dengan istighfar. kedua, merasa terpanggil untuk mendatangi do’a seorang penjamu  minum, sehingga beliau berbuka sebagai wujud menghargai dan menghormati profesi penjamu tersebut serta berharap memperoleh kasih sayang Allah melalui doanya. Ketiga, dosa masa lalunya kemudian membuatnya malu untuk memohon kepada Allah Swt. Sehingga ingatannta (tafakkur) itu sebagai bentuk ibadah tersendiri yang sebanding dengan do’a-doa’a yang dipanjatkan orang lain.

Maka jenis amal perbuatan seseorang akan bervariasi, tergantung dari kondisi kejiwaaan yang sampai pada dirinya. Atau bisa dikatakan kondisi jiwa yang Allah datangkan dalam diri seorang hamba akan menjadikannya beramal sesuai tuntutan kondisi jiwa tersebut.

Orang yang kenal kesempurnaan nabi Muhammad Saw dan sadar bahwa perjalanannya menuju Allah tidak akan pernah sampai kecuali melalui Rasul,maka bisa jadi dia akan mendedikasikan dirinya untuk Rasul; membuat Majlis Selawat, sibuk baca solawat dalam kesehariannya.

Pemateri
H. Syamsudin, Lc.
RUMAH LENTERA HATI

baca juga: setiap-manusia-didatangi-wali
Thanks for your comment