Finding The Truth

Kajian Al-Hikam: Ragu kepada Allah bisa menyebabkan padamnya cahaya hati


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على خاتم النبيين، محمد صلى الله عليه وسلم وعلى آله وصحبه أجمعين، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، وبعد:

Imam Atha`illah as-Sakandary (1309 M) berkata:

"لَايُشَكِّـــكــَنَّكَ فِي الْوَعْدِ عَدَمُ وُقُوْعِ الْمَوْعُوْدِ وَاِنْ تَعَيَنَ زَمَنُهُ، لِئَلَّا يَكُوْنَ قَدْحًا فِيْ بَصِيْرَتِكَ وَاِخْمَادًا لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ"

“Tidak terealisasinya janji (Allah) pada waktu yang telah (jelas) ditentukan jangan sampai menyebabkanmu ragu (kepada Allah dan janji-Nya). Karena keraguan itu bisa menjadi penyebab cideranya mata hati dan padamnya cahaya hatimu”

PENJELASAN

Seorang hamba setelah berusaha keras melalui ikhtiyar, do’a dan tawakkal maksimal, kemudian hasilya diserahkan kepada Allah Swt. Namun seorang hamba sedikit tahu tentang janji-janji yang Allah Swt telah sampaikan baik melalui lisan Rasulullah ataupun langsung melalui firman-Nya. Sehingga seorang hamba barang tentu menunggu apa yang dijanjikan-Nya.

Semisal diantara janji Allah ialah:
Firman Allah Swt:

إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيَوۡمَ يَقُومُ ٱلۡأَشۡهَـٰدُ (٥١)

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi [ hari kiamat].  (QS. Al-Mu’min: 51)


🔵 Difahami dari ayat ini, Allah Swt berjanji akan menolong orang-orang mu’min baik di dunia bahkan di hari Kiamat kelak. Akan tetapi terkadang terbesit seorang hamba, “saya seorang mu’min, kenapa Allah tida menolongku. Sehingga orang mu’min itu mulia di dunia dan orang kafir terhina di dunia. Kok, malah yang ada orang kafir yang kaya, orang mu’min yang miskin dan tertindas?”


وَقَالَ ٱلَّذِينَ ڪَفَرُواْ لِرُسُلِهِمۡ لَنُخۡرِجَنَّڪُم مِّنۡ أَرۡضِنَآ أَوۡ لَتَعُودُنَّ فِى مِلَّتِنَا‌ۖ فَأَوۡحَىٰٓ إِلَيۡہِمۡ رَبُّہُمۡ لَنُہۡلِكَنَّ ٱلظَّـٰلِمِينَ (١٣) وَلَنُسۡڪِنَنَّكُمُ ٱلۡأَرۡضَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ‌ۚ ذَٲلِكَ لِمَنۡ خَافَ مَقَامِى وَخَافَ وَعِيدِ (١٤)

Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami". Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu, (13) dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu [adalah untuk] orang-orang yang takut [akan menghadap] ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku". (QS. Ibrahim: 13-14)

🔵 Sekilas dalam ayat tersebut Allah Swt berjanji akan menghancurkan dan membinasakan orang-orang dzalim. Namun terbesit dalam benak seorang hamba terkadang ungkapan, “Allah berjanji akan membinasakan orang dzalim. Namun, kenapa sampai saat ini mereka bahkan semakin banyak dan semakin berkuasa?”

وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى ٱلَّذِينَ ٱسۡتُضۡعِفُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَنَجۡعَلَهُمۡ أَٮِٕمَّةً۬ وَنَجۡعَلَهُمُ ٱلۡوَٲرِثِينَ (٥)
Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi [bumi].(QS. Al-Qhashash: 05)

🔵 Dari ayat tersebut, difahami Allah berjanji akan menjadikan orang yang tertindas menjadi pemimpin dan akan diberi karunia. Namun terbesit pada seorang hamba, “kenapa malah sekarang yang jadi pemimpin bukannya orang yang tertindas. Yang menjadi pemimpin melainkan orang yang dzalim dan diktator. Yang tertindas makin miskin, dan yang lalim makin kaya!”

مَنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا مِّن ذَڪَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٌ۬ فَلَنُحۡيِيَنَّهُ ۥ حَيَوٰةً۬ طَيِّبَةً۬‌ۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا ڪَانُواْ يَعۡمَلُونَ (٩٧)
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-Nahl:97)

🔵 Allah berjanji akan memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bagi orang mu’min yang beramal saleh. Namun pada seorang hamba kadang muncul pertanyaan, “namun kenapa orang mu’min banyak yang tidak sejahtera, sedang Allah telah berjanji atas mereta?”

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن تَنصُرُواْ ٱللَّهَ يَنصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ أَقۡدَامَكُمۡ (٧)
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong [agama] Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad: 07)

🔵 Dari ayat di atas Allah menjanjikan pertolongan terhadap orang yang menolong Allah. Namun, lagi-lagi kadang terbesit pda benak seorang hamba, “kenapa Allah sudah berjanji untuk menolong yang menolong-Nya, akan tetapi masih banyak yang berjuang di jalan-Nya akan tetapi terlantar dan tidak mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan dunia?”

**

Dari sedikit kutipan Firman Allah di atas, dapat diambil kesimpulan, terkadang seorang hamba mempertanyakan akan realisasi janji yang Allah sampaikan.

Maka disni Imam Ibnu ‘Athaillah memberikan suatu nasehat untuk kita semua. Nasehatnya adalah agar mata hati kita tidak terciderai dan tidak padam cahanya. Karena menurut beliau, keraguan yang timbul sebab seorang hamba secara kasat mata tidak melihat terealisasinya janji tersebut itu bisa menjadikan ketumpulan hati seorang hamba, yang fatalnya bisa menjadi mati hatinya.

Sehingga janji yang Allah sampaikan melalui firman-Nya jika menurut kasat mata belum terealsisai jangan sampai menyebabkan keyakinan seorang hamba menurun, sehingga ragu terhadap janji-Nya bahkan yang lebih fatal adalah meragukan Allah Swt. Wal ‘iyadzu billah.

Jika seorang hamba yang baru tahu tentang Islam maka barang tentu ia akan banyak menuntut apa yang dia dapati dan fahami dari ayat dan hadis nabi. Akan tetapi bagi mereka yang sudah faham dalam tentang Islam dan ma’rifat terhadap Allah Swt, maka ia akan melihat apa yang ia suguhkan untuk Allah. Bukan apa yang harus Allah berikan. Karena begitu besar ni’nat dan karunia yang telah Allah berikan, namun sebagai seorang hamba belum dan tidak akan bisa menyamai bahkan melebihi apa yang telah Allah berikan kepada manusia.

Sehingga orang awam yang dangkal akan Allah akan mudah terserang firus ragu, bimbang dan was-was. Namun bagi orang yang telah mengenal Allah, ia akan semakin berusaha dengan sungguh-sunguh untuk merealsiasikan kriteria yang harus terpenuhi agar janji Allah itu terwujud.

Namun jarang yang sadar, keraguan itu yang bisa jadi dibesitkan oleh Syetan, musuh manusia, merupakan racun yang bisa membuat mata hati seseorang terluka dan bisa jadi akan mati mata hatinya.

Orang yang sudah kenal Allah, ia akan melihat esensinya, bukan hanya sekedar janji Allah, akan tetapi ada syarat yang harus terpenuhi. Yaitu “Yang demikian itu [adalah untuk] orang-orang yang takut [akan menghadap] ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku".”. sehingga orang yang sudah kenal Allah ia akan bercermin pada dirinya, apakah ia sudah sampai pada tingkatan takut derajat dan ancaman Allah sebagaimana yang Allah sampaikan. Atau hanya sekedar takut biasa, belum sampai pada standar yang Allah harapkan?” . inilah pola fikir orang yang sudah kenal Allah Swt. Sehingga jika apa yang Allah janjikan tak kunjung datang, ia akan mengintrospeksi diri, bukan malah menyalahkan Allah. Sehingga pada mereka akan bertambah keyakinan dan kemakrifatan kepada Allah Swt.

Akan tetapi bagi orang yang awam akan Allah, ia tidak memperhatikan itu. Yang ia perhatikan hanya janjinya. Yaitu Allah akan membinasakan orang dzalim dan  menjadikan ia sebagai pemimpin di bumi ini, tanpa melihat apakah ia sudah sampai pada standar takut yang Allah harapkan atau tidak. Sehingga jika tidak terealisasi akan mudah ragu dalam hatinya.

Allah berjanji bagi orang yang berdo’a pasti akan dikabulkan. Bagi orang awam ketika melihat ayat ini akan menuntut terkabulnya do’a mereka. Namun bagi orang yang telah ma’rifat, ia akan melihat apakah do’a yang ia utarakan itu sudah memenuhi standar dan syarat yang Allah tentukan agar do’a itu terkabul ataukah belum. Sehingga dalam diri hamba yang ma’rifat tidak ada celah untuk negatif thinking terhadap Allah. Sehingga cahaya hatinya akan semakin bersinar bahkan semakin kuat. Beda halnya dengan orang awam, ia akan mudah terjangkit virus ragu karena belum terkabulnya do’a yang ia sampaikan.

*

Jangan sampai cahaya mata hati kita redup. Salah satu penyebab redupnya cahaya hati kita adalah sebab keraguan kepada Allah. Keraguan itu bisa muncul salah satunya dikarenakan tidak terealisasinya janji-Nya (menurut kasat mata manusia). Maka selalulah perdalam diri kita untuk semakin kenal Allah Swt. Carilah guru yang dapat menuntun kita menuju Allah Swt.

KESIMPULAN
🔵 Ragu terhadap Allah dapat mematikan cahaya hati.
🔵 Selalu positif thinking terhadap Allah, suapaya hati semakin bersinar.
🔵 Kenali Allah, maka akan mengenal hakikat diri kita.
🔵 Jika sudah kenal Allah, maka tidak ada celah untuk negatif thinking pada-Nya.
🔵 Jangan banyak menuntut, tapi lakukan kewajiban semaksimal mungkin.
🔵 Ragu kepada Allah, sama halnya ragu akan adanya diri sendiri.
🔵 Mengenal Allah itu perlu tumbuh dari rasa kagum dan cinta.
🔵 Jika sudah cinta, maka apa yang disuguhkan untuk kekasih akan selalu berasa tidak maksimal. Maka, bagaimana caranya agar selalu berusaha berbuat maksimal.

Pemateri
H. Syamsudin, Lc.
RUMAH LENTERA HATI

baca juga: hari-musik-nasional-bagaimana-sikap.Islam?
Thanks for your comment